2. Mengajar sambil Merokok






Setelah artikel sebelumnya mengena kesalahah pengajar dengan tindakannya Dudukdi Atas Meja Ketika Mengajar Merokok sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besara masyarakta. Indonesia termasuk negara kelima pengonsumsi rokok terbesar di duniasetelah Cina, India, Brazil, dan Amerika Serikat. Menurut Data Laporan Pengendalian Tembakau ASEAN, Mei 2007, prevalensi perokok dewatas d Indonesia mencapai 34,4%. Sementara itu, anak-anak berusia 13-15 tahun mencapai 24,5%.

Meski dalam setiap iklan rokok tertera peringatan mengenai akibat negative merokok, seperti merokok dapat menyebabkan serangan jantung, kangker, impotensi, dan gangguan janin, namun peringatan itu seperti pepatah, “Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu”. Dengan ungkapan lain, peringatan tersebut tidak dihiraukan, bahakan seolah-olah dilupakan oleh para penikmatnya. Kereka terhanyut dalam kenikmatan mengisap rokok yang mengandung bahaya besar karena di dalamnya terdapat zat yang dapat memuat orang jadi ketagihan.

Saking ketagihan terhadap rokok, munggkin anda pecandu rokok dengan rokok dengan cukup ironis mengungkapkan bahwa dirinya lebih baik tidak makan dalam sehari ketimbang tidak merokok. Sungguh luar biasa ketergantungan terhadap rokok bagi orang yang sudah terbiasa menikmatinya. Boleh jadi, itulah yang membuat sebagai pecandu rokok mau menikmati rokonya tanpa memperhatikan tempat, situasi, dan kondisi lingkungannya. Misalnya, ia merokok di tengah keramaian, padahal asap rokok dapat mengganggu orang-orang yang tidak suka merokok. Maka, tidaklah mengharapkan juga jika ada seorang guru yang mengisap rokok, meskipun ia sedang berada di lingkungna sekolah ataupun saat melangsungkan kegiatan belajar-mengajar, padahal hal itu dapat menggangu kegiatan belajar-mengajar.

Misalnya asap rokok dari guru dapat mengganggu konsentrasi belajar dan kesehatan muridnya yang tidak merokok. Murid yang alergi terhadap asap rokok akan mengalami batuk dan sesak napas. Secara bersamaan, murid tidak akan bisa berkonsentrasi terhadap materi yang sedang dipelajari dan diajarkan oleh gurunya. Selain itu, murid juga akan menggerutu di dalam hatinya jika ia tidak berani memprotes gurunya secara langsung.

Guru yang merokok saat mengajar juga menampakkan dan mencontohkan ketidakadilan terhadap muridnya. Di setia sekolah, bahkan perguruantinggi, pun ditegaskan mengenai larangan merokok di dalam ruangan kelas atau kuliah apalagi saat berlangsung kegiatan belajr-mengajar. Bahkan, di sebagian sekolah, ada yang menghukum murid jika ketahuan merokok di dalam kelas.

Anehnya, guru yang merokok saat mengajar tidak mendapatkan teguran atau hukuma dari pihak sekolah atau piahk yang menjadi atasan para guru, di sini, terlihat ternadi diskriminasi dalam proses belajar-mengajar antara murid dan gurunya. Ini juga merupakan manifestasi dari ketidakkosistenan sekolah dalam menerapkan aturan. Contohnya, murid dilarang merokok, sedangkan gurunya dengan seenaknya merokok ketika menajar.

Seharunya, selain murid yang dilarang merokok, guru yang merokok juga dilarang merokok di lingkungan sekolah, apalagi saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Guru dapat dijadikan sebagai representasi atau contoh utama dari adanya berbagai aturan yang diterapkan di sekolah.

Boleh jadi, ada guru yang meberikan alasan dirinya merokok saat mengajar. Misalnya, ia mengatakan, “Jika saya mengajar tidak sambil merokok, rasanya kurang enak”. Alas an ini ketika dibenturkan dengan dampak negatif terhadap murid tentu saja sangat tidak dimengerti. Seharusnya, seorang guru karena menjadi teladan bagi muridnya mampu menahan kecanduannya untuk mengisap rokok saat mengajar.

Simpulan

Sepatutnya seorang guru tidak meberikan contoh tingkah laku yang dapat mengganggu kesehatan dan membahayakan jiwa muridnya, salah satunya merokok.



Sampai diakhir artikel ini. Selanjutnya poin ke-tiga dari Kesalahan Paling Sering dilakukan Guru adalah Mengajar sembari Makan

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press

0 komentar:

Post a Comment