Teori Penentuan Nasih Sendiri
(self-determination theory)
Merupakan
teori motivasi yang memusatkan perhatian pada pengaruh yang menguntungkan dari
motivasi secara intrinsic dan pengaruh yang merugikan bagi motivasi secara
ekstrinsik. Contohnya Merchi bekerja di Lembaga Kemanusiaan sebagai
sukarelawan, menghabiskan 15 jam seminggu untuk membantu orang mengadopsi hewan
peliharaan. Saya suka sekali dengan pekerjaan itu. Lima bulan yang lalu, Merchi
direkrut pada perusahaan menjadi karyawan dengan jam kerja 11 jam per minggu
dan mendapat upah $ 11 per jam. Akan tetapi, Saya tidak menemukan kegembiraan
ketika menjadi sukarelawan di Lembaga Kemanusiaan.
Teori
penentuan nasib sendiri lebih memfokuskan pada teori evaluasi kognitif (cognitive
evaluation theory), Suatu versi
dari teori penentuan nasib sendiri yang berpeganang teguh ada mengalokasikan
imbalan secara ekstrinsik atas prilaku yang sebelumnya telah memperoleh imbalan
secara intrinsic yang cenderung pada penurunan keseluruhan tingkat motivasi
jika imbalan terlihat sebagai pengendali.
Seperti
ketika Anda membaca novel, apabila Anda membaca novel selama seminggu
dikarenakan disyaratkan oleh dosen Bahasa indonesia untuk membacanya. Maka Anda
akan menganggap bahwa perilaku membaca Anda didorang oleh sumber eksternal.
Namun, jika Anda menemukan diri sendiri
membaca novel terus-menerus tanpa disuruh ataupun disyaratkan oleh orang lain,
maka kecenderungan alamiah Anda yang akan mengatakan bahwa Anda menikmati
membaca novel-novel karena saya membacanya dalam seminggu.
Teori
penentuan nasib sendiri berkembang menjadi kesesuaian diri (self-concordance) merupakan keadaan di
mana alasan seseorang mencapai tujuan adalah sejalan dengan minat dan nilai
utama mereka.
Keterlibatan pada Pekerjaan (job engagement)
Merupakan
investasi atas fisik, kognitif dan energy emosinonal pekerja ke dalam kinerja.
Perusahaan dengan keterlibatan pekrja yang besar memiliki keberhasilan yang
sangat tinggi dibandingkan perusahaan secara rata-rata, dan kelompok dengan
lebih banyak pekerja yang terihat memiliki tingkat produktivitas yang lebih
tinggi, lebih sedikti terjadi insiden keamanan, dan tingkat perputaran pekerja
yang lebih rendah.
Teori Penetapan Tujuan (goal-setting theory)
Ialah
suatu teori yang mengatakan suatu tujuan yang spesifik dan sulit, dengan umpan
balik, akan mengarahkan pada kinerja yang lebih tinggi. Alasan mengapa orang
termotivasi oleh tujuan-tujuan yang sulit karena.
Pertama,
tujuan yang menantang mendapatkan perhatian kita dan membantu kita memfokuskan
diri.
Kedua,
Tugas yang sulit akan membangkitkan energy kita karena kita harus bekerja
dengan lebih keras untuk mencapainya.
Ketiga,
Ketika tujuan menjadi sulit, orang-orang akan terus bertahan untuk berusaha
mencapainya.
Terakhir,
tujuan-tujuan yang sulit mengarahkan
kita untuk menemukan strategi yang dapat membantu kita dalam
melaksanakan pekerjaan atau tugas secara lebih efektif.
Ada tiga
factor yang mempengaruhi hubungan tujuan-kinerja
- Komitmen tujuan
- Karakteristik tugas
- Budaya nasional
Mengimplementasikan Penetapan
Tujuan
Suatu
cara yang lebih sistematis untuk memanfaatkan penetapan tujuan adalah dengan manajemen berdasarkan tujuan (management by objective-MBO) suatu
program yang meliputi tujuan yang sepesifik, ditetapkan secara partisipatif,
dalam suatu perode yang eksplisit, dengan umpan balik atas perkembangan tujuan.
Empat
bahan yang umum begi program MBO
- Kekhususan tujuan
- Pertispasi dalam pengambilan keputusan (meliputi penetapan tujuan atau sasaran)
- Selama periode waktu yang eksplisit
- Umpan balik atas kinerja
Sumber : Robbins, Stephen P & Judge,
Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th Edition, McGraw-Hill.
0 komentar:
Post a Comment