EMOSI DASAR


 



Sejumlah peneliti berpendapat bahwa tidak masuk akal untuk berpikir dalam istilah emosi yang “dasar” karena bahkan emosi yang jarang dialami, seperti Syok dapat memberikan efek yang kuat pada kita.


Seperti kompleksitas program komputasi afketif, psikolog mencoba mengidentifikasi emosi dasar dengan mempelajari ekspresi wajah, tetapi mereka menemukan bahwa proses itu amatlah sulit. Salah satu masalahnya adalah emosi terlalu kompleks untuk di presentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki norma-norma yang mengatur ekpresi emosional. Jadi cara kita mengalami sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukannya. Orang-orang di amerika serikat dan Timur tengah mengenali seyum sebagai tanda kebahagiaan. Tetapi diTimur Tengah senyuman tersebut dapat berarti ketertarikan seksual, sehingga wanita belajar untuk tidak tersenyum kepada pria. Di negar-negara sosial, orang lebih percaya tampilan emosi seseorang berkaitan dengan hubungan di antara mereka. Sedangkan orang-orang dalam budaya individualistis tidak berpikir bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan pada mereka. Lain lagi dengan individualistis yang tidak berpikir bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan pada mereka. Sebagai contoh, pegawai ritel Perancis terkenal tidak kasar dengan pelanggan.
          
Salah satu cara untuk mengklasifikasikan Afeksi adalah dengan membedakannya melalui Afeksi positif dan Afeksi  Negatif.
1.      Afeksi Positif (Possitive Affect), sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi positif spesifik seperti ketertarikan, keyakinan diri, dan keceriaan pada akhir tinggi dan kebosanan, kelambanan, serta keletihanpada akhir rendah.
2.      Afeksi Negatif (Negative Affect), sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi seperti kegugupan, stress, dan kecemasan pada akhir tinggi dan relaksasi, ketenangan, serta kendali diri pada akhir rendah.

Keduanya adalah Suasana Hati

Emosi Negatif
  mungkin menjadi suasana Hati Negatif. Orang-orang berpikir mengenai peristiwa-peristiwa yang menyebabkan emosi-emosi negatif yang lima kali lebih banyak dari peristiwa-peristiwa yang menyebabkan emosi-emosi positif. Jadi dapat kita simpulkan bahwa orang lebih mengingat pengalaman negatif daripada yang positif. Mungkin salah satu alasannya adalah, kebanyakan dari kita pengalaman negatif lebih tidak biasa. Tentu saja riset mendapatkan suatu Kompensasi Produktivitas, berarti bahwa pada masukan nol (saat tidak ada hal tertentu terjadi), kebanyakan individu mengalami suatu suasana positif yang ringan.jadi kebanyakan orang, Suasana hati postif/ lebih umum dibandingakan suasana hati negatif. Kompensasi positif juga tampaknya berjalan di tempat kerja

Sumber : Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th Edition, McGraw-Hill.

0 komentar:

Post a Comment