1. Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar

 



 Melanjutkan dari artikel sebelumnya untuk Ragam tindakan Guru dalam aktivitas belajar-mengajar yang tidak patut dilakukan Guru. Kini kita mempelajari tentang kesalahan “Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar”. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Langsung saja masuk ke materi.

 Seorang guru dengan ekpresi yang tenang dan pandangan tertuju pada muridnya beranjak dari tempat duduknya. Kemudian, ia berjalan membelakangi mejanya sambal menjelaskan mata pelajaran. Cukup lama ia berdiri di hadapan muridnya sehingga ia terlihat letih dan butuh tempat untuk menopang dirinya. Akan tetapi, ia tidak duduk di tempat duduknya semula atau menyandarkan diri pada tempok, melainkan duduk di atas mejanya.

 Tingkah laku seorang guru yang duduk di atas meja ketika mengajar, sebagaimana yang diterangkan dalam contoh tersebut, merupakan tingkah laku yang seharunya tidak dilakukan oleh seorang guru lantaran itu tidak menggambarkan etika yang baik. Secara tidak langsung. Ia telah mengajari muridnya agar duduk di tempat yang bukan tempatnya. Meja, jelaslah bukan tempat duduk. 

Salah satu dari aturan bagi murid yang lazim diterapkan di sekolah adalah melarang murid duduk di atas meja, apalagi duduk di atas meja gurunya. Murid akan dimarahi oleh guru jika duduk di atas meja. Lebih dari itu, guru akan memberi nasihat bahwa duduk di atas meja tidak beretika. Oleh karena itu, sekolah menerapkan aturan murid dilarang duduk di atas meja.

 Dengan demikian, seorang guru yang duduk di atas meja ketika mengajar telah melanggar etika dan dapat dikatakan tidak menghargai muridnya. Jika guru ingin dihargai oleh muridnya, ia juga harus menghargai muridnya. Bahkan, diajurkan untuk menghargai murid terlebih dahulu. Kemudian, ia boleh meminta dihargai. Alasannya, murid masih belum tahu tentang itu, dan gurulah yang harus memberikan contoh.

 Ketika saling menghargai tumbuh antara guru dan murid, iklim belajar-mengajar akan berjalan lebih optimal. Murid yang merasa dihargai oleh gurunya akan semakin semangat dalam belajar. Lebih jauh, materi yang disampaikan oleh guru juga akan mudah dipahami.

 Guru yang menghargai murid dapat menjadikan murid malu jika tidak menghargai guru juga. Dapat dipastikan, murid akan berusaha memahami segala sesuatu yang disampaikan oleh guru yang menghargainya. Sebaliknya, guru yang tidak menghargai murid, murid akan merasa cepat bosan dan tidak nyaman dalam belajar. Murid pun tidak akan betah Bersama dengan guru yang tidak menghargainya.

 Ketika saling menghargai tumbuh antara guru dan murid, iklim belajar-mengajar berjalan lebih optimal. Murid yang merasa dihargai oleh gurunya akan semakin semangat dalam belajar. Lebih jauh, materi yang disampaikan gur jadi akan mudah dipahami.

 Selain itu, seorang guru yang duduk di atas meja saat mengajar. Bila ditinjau dari sudut kemanusiaan, dapat dianggap menyubordinasi murid. Dalam artian, guru di atas murid di bawah. Padahal, murid juga manusia. Artinya, guru dan murid merupakan manusia, yang keduanya memiliki kedudukan yang sama, tidak lebih rendah maupun tidak lebih tinggi. Contoh menyubordinasi, sebagaimana guru duduk di atas meja, sedangkan murid di bawah sangat tidak patut di ajarkan di sekolah.

 Guru tak cermin bagi muridnya. Tugas guru bukan hanya mengajar, melatih, dan membimbing murid, melainkan sebagai “sarana” murid untuk “berkaca”. Segala tingkah laku perkataan, dan pemikiran guru dapat di contoh oleh muridnya.

 Oleh karena itu, sebagai cermin, guru harus menjadi cermin yang bersih, bukan cermin yang kotor. Jika ada murid yang kotor dan bercermin pada cermin yang bersih, ia dapat melihat kotoran yang melekat pada tubuhnya. Sebaliknya, murid yang kotor dan bercermin pada cermin yang kotor, ia akan kesulitan melihat kotoran yang melekat pada tubuhnya.

 Jika ada seorang guru yang menolak untuk dijadikan teladan karana merasa tidak cukup baik untuk diteladani dan ingin bebas menjadi diri sendiri selamanya, serta meberikan murid mencari teladan sesuka hatinya di mana pun, semuanya itu merupakan alasan seorang guru yang menolak aspek fundamental dari sifat belajar-mengajar.

Aspek fundamental seorang guru adalah menjadi teladan atau contoh bagi muridnya. Ketika aspek paling dasar ini tidak dijalankan, maka seorang guru telah mengurangi profesionalitas dan keefektifan dalam proses belajar-engajar.

 Menurut pakar Pendidikan, Dr. Enco Mulyasa, M. Pd, aspek fundamental yang berupa keteladanan seorang guru bagi muridnya tidak perlu dijadikan beban yang memberatkan, melainkan patut dipahami. Keterampilan dan kerendahan hati, aspek fundamental tersebut dapat memperkaya manfaat kegiatan belajar-mengajar

Aspek fundamental yang berupa keteladanan guru begi muridnya tidak perlu di jadikan beban yang memberatkan, melainkan patut dipahami. Dan, degan keterampilan dan kerendahan hati, aspek fundamental tersebut dapat memperkaya manfaat kegiatan belajar-mengajar

Memang, sebagi manusia biasa, seorang guru tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Dengan ungkapan lain, seorang guru tidak 100% daoat dijadikan sebagai teladan. Walaupun demikian, menjadi contoh yang baik bagi murid merupakan tanggung jawab seorang guru. Hali ini juga terkait dengan profesi yang lainnya. Sebab, progesi apa pun yang dijalankan oleh seseorang menuntut adanya tangung jawab.

Jadi, sangat tidak dapat dimengerti jika ada seorang guru yang menolak untuk dijadikan teladan. Boleh jadi. Dallam aspek tertentu, hal ini dapat dipahami. Akan tetapi, menjadi teladan yang baik bagi muridnya merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Guru itu layaknya seorang presiden ataupun para pejabat negara. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk bertingkah laku yang baik di hadapan masyarakat.

Meskipun demikian, guru sebagai teladan tidak harus dimaknai oleh murid dengan meniru sepenuhnya tigkah laku guru, melainkan bermakan tingkah laku sorang guru dapat mempengaruhi muridnya. Oelh karena itulah, seorang guru dituntut menjadi teladan yang baik bagi muridnya. Dan , guru pun tidak diperkenankan melakukan hal yang buruk lantaran ia dijadikan sebagai teladan bagi muridnya.

Kembali ke penjelasan di awal bahwa seorang guru yang duduk di atas meja ketika mengajar, baik duduk di atas meja guru, apalagi duduk di atas meja murid, dapat disimpulkan sebagai tingkah laku yang tidak baik. Sebab, tindakan itu memberikan contoh untuk menempatkan sesuatu buka pada tempatnya dan tidak menghargai sesame manusia.

Dengan kerendahan hatinya, bagaimanapun juga, seorang guru harus menjauhi kesalahan yang berkaitan dengan etika belajar-mengaar tersebut, serta berusaha menjadi teladan yang baik bagi muridnya.

Simpulan


Sebagai seorang guru memang tidak luput dari salaha akan tetapi dapat menghindari kesalahan yang mengakibatkan murid juga meniru kesalahan yang sama. Bisa dengan cara mencontohkan perilakuk tindakan yang baik, sopan santun dan saling mengehargai dengan tindakan dan lisan seorang guru. Jadi duduk di atas meja tidak patutu dilakukan.



Selanjutnya masih dalam topik yang sama kita mempelajari poin ke dua dari Kesalahan PalingSering dilakaukan Guru adalah MengajarSambil Merokok.

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press


0 komentar:

Post a Comment