Setelah kita mempelajari poin ke sembilan yaitu Sering Bolos
Selanjutnya kita mempelajari Kesalahan guru atas komunikasi tidak efektif
Komunikasi dalam kegiatan belajar-mengajar, secara sederhana, dapat diartikan sebagai proses pertukarna ide dan gagasan antara guru dan murid. Komunikasi dalam kegiatan belajar-mengajar diharapkan berlangsung se-efektif mungkin. Sebab, komunikasi yang berjalan secara efektif dapat meningkatkan prestasi belajar-mengajar.
Sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi proses balajar-mengajar menjadi tidak sifinfikan. Dari sini, dapat diketahui peran penting guru untuk membangun komunikasi yang efektif dengan muridnya. Oleh karena itu, guru punya kewajiban untuk terus belajar mengenai cara berkomunikasi secara efektif dengan muridnya.
Berikut adalah beberapa kesalahan guru yang berkaitan dengan komunikasi tidak efektif saat kegiatan belajar-mengajar.
1. Pemborosan Kata
Saat sorang guru berkomunikasi dengan muridnya menggunakan kata-kata yang berbelti-belit. Sebagai contoh. "Besok, kalian tidak boleh terlambat lagi masuk kelas. Jika terlambat lagi, nilai rapot kalian akan saya rendahkan. Kelak, kalian akan menyesal. Bila begini terus, kalian mau jadi apa?" Kalimat tersebut cobalah untuk diubah dengan kalimat ini, " Besok, kalian jangan terlambat lagi agar kalian menjadi anak yang disiplin dan pandai." Dalam contoh ini, tidak perlu menggunakan kalimat "kalian akan menyesal" karena kata-kata ini sangat subjektif dan kurang efektif.
Oleh karena itu seorang guru harus pandai memilih kata-kata yang efektif dan bermanfaat yang bisa dipertanggung jawabkan perkataannya di depan murid-murid.
2. Suara Tidak Jelas
Suara guru harus bersuara dengan jernih. Boleh jadi, ada guru yang volume suaranya sangat rendah sehingga murid yang duduk di barisan paling belakang tidak dapat mendegar penjelasannya. Di sini, telah terjadi komunikasi yang tidak efektif antara guru dengan muridnya. Oleh karena itu, suara guru harus lah jernih dan jelas mampu menjangkau seluruh ruang kelas.
Suara yang keras ketika menjelaskan bukan berarti harus berteriak-teriak, melainkan cukup didengar secara nyaman oleh seluruh murid dan terdengar ke seluruh kelas. Dalam artian, suara tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah juga. Suara juga nyaman didengar akan mendorong murid untuk fokus pada pesan yang disampaikan oleh guru.
3. Kata-Kata yang Membingungkan
Kesalahan ini kadang tidak disadari oleh seorang guru, yaitu ketika menjelaskanpelajaran kepada muridnya menggunakan kata-kata yang membingungkan atau tidak dapat dimengerti oleh murid. Misalnya, saat guru menggunakan istilah-istilah yang terdengar asing dan baru bagi murid. Istilah-istilah asing dan baru tersebut tidak dijelaskan makna dan pengertiannya. Guru menganggap murid mempu mencerna dan memahaminya, padahal ada murid yang belum mendengarnya, apalagi mengetahui maksudnya.
Penjelasan dari guru mengenai istilah yang digunakan akan "menggugurkan" komunikasi yang tidak efektif. Oleh karena itu, dalam menggunakan istilah yang kelihatan baru bagi muridnya, sebaiknya guru menyertai dengan pengertiannya agar murid tidak kebingungan untuk memahami makna dari istilah yang disampaikan oleh sang guru.
4. Pengertian yang Tidak Tepa
Isitilah yang dianggap baru harus diiringi dengan pengertian yang tepat kepada murid. Sebagai contoh, istilah "fundamentalisme" mempunyai pengertian yang cukup banyak. Pengertian ini harus disesuaikan dengan topik pembaicaraan. Jangan sampai fundamentalisme dalam kajian agama disampaikan dengan kajian dalam ilmu ekonomi. Oleh karena itu, guru harus pandai menggunakan istilah dan pengertiannya yang sesuai dengan konteks komunikasi yang berlangsung.
5. Memberi Lebel Negatif
Salah satu komunikasi guru yang tidak efektif dalam kegiatan belajar-mengajar yang paling mencolok adalah memberi lebel negatif kepada muridnya.Misalnya, guru mengatakan, "Kamu kurang ajar seperti kera yang tidak pandai berpikir." Kata-kata negatif semacam ini akan sangat berpengaruh bagi kejiwaan murid, yang membuatnya akan melakukan perlawanan dengan semakin membenci sang guru atau menjadi murid yang pasarah dan penakut.
Siapa pun itu, jika disematkan label negatif, tentu saja akan menolak. Ini perlu diperhatikan oleh guru. Jangan sampai label negatif disematkan kepada murid didiknya bila guru ingin membangun komunikasi yang efektif.
6. Tidak Menguasai "Bahasa Ibu" Murid
Penting untuk diketahui bahwa di desa, murid dalam kesehariannya sering kali menggunakan "bahasa ibu" atau bahasa daerah. Dalam kegiatan belajar-mengajar, seorang guru yang tidak mengerti bahas daerah muridnya akan membuat komunikasi tidak efektif. Ini bisa terjadi pada guru pendatang baru Misalnya,guru tersebut berasal dari kota sering kali memakai Bahasa Indonesia atau guru berasal dari luar provinsi yang bahasa daerahnya tidaklah sama.
Ketika guru mengajar dengan memakai Bahasa Indonesia sepenuhnya, sedang murid belum sepenuhnya menguasai bahas Indonesia, makan akan membuat kata-kata dari guru tidak dimengerti oleh murid. Oleh karena itu, kata-kata guru harus dicampur dengan bahasa daerah.
7. Tidak Ada Kecocokan Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh guru dan murid harus sama-sama dipahami dan ada kecocokan agar terjadi komunikasi yang efektif.
Contohnya, Guru akan membelakangi murdinya ketiak menulis di papan tulis yang letaknya di depan kelas, Nah, saat menulis inilah, tiba-tiba ada murid yang bergurai. Kemudian, guru menegur murid yang bergurai tersebut, tetapi tanpa membalikkan tubuh dan pandangannya ke arah murid yang bergurai untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya benar-benar menegur.
Murid yang ditergur memang berhenti bergurai. Tetapi, mereka melanjutkan gurauannya dengan cara lain misalkan dengan sembunyi-sembunyi membunyikan alat tulis. Dengan demikian, komunikasi verbal dan nonverbal yang tidak cocok, sebagaiaman yang dicontohkan tersebut, sangat tidak efektif karena cenderung diabaikan oleh murid sebagai penerimaan pesan. Oleh karena itu, komunikasi verbal dan nonverbal harus cocok.
Guru selain menguasai komunikasi verbal, juga harus pandai berkomunikasi secara nonverbal, baik untuk memperkuat komunikasi verbal atau pun mengetahui keinginan murid yang tidak diungkapkan lewat kata-kata.
8. Komunikasi Satu Arah
Kesalahan lain pada seorang guru dalam berkomunkasi denga murid sehingga tidak efektif dalam komunkasi satu arah. Sebab, dalam komunkasi satu arah , tidak ada umpan balik (feedback). Di sini, hanya guru yang aktif, sedangkan murid pasif. Komunikasi semacam ini cenderung membosankan karena murid bukanlah patung atau benda mati. Murid juga perlu bergerak, berbicara, dan berpikir, bukkan hanya meng-copy paste sesuatu yang siampaikan oleh guru. Murid juga perlu diajak untuk bersama-sama aktif dalam kegiatan belajar-mengajar agar punya semangat untuk mengikuti proses pembelajaran.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru yang berkomunikasi tidak efektif dengan muridnya cenderung mengalami kegagalan dalam meningkatkan prestasi belajar muridnya. Oleh karena itu, guru harus cakap membangun komunikasi yang efektif.
"Berpakaian Tidak Rapi"
Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling
Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press