Bagamana mengatasi permasalahana yang potensial dalam
komuinikasi lintas budaya.
Hambatan-Hambatan
Budaya
Para peneliti telah mengidentifikasi
sejumlah permasalahan yang terkait dengan kesulitan bahasa dalam komunikasi
lintas budaya.
Pertama adalah hambatan yang disebabkan
oleh semantik. Kata-kata dapat berarti hal yang berbeda bagi orang yang
berbeda, terutama orang-orang yang berasal dari budaya nasional yang berbeda.
Beberapa kata tidak diterjemahkan di antara budaya-budaya.
Kedua adalah hambatan yang disebabkan
oleh konotasi. Pada beberapa budaya, bahasa adalah formal; budaya lain, tidak
formal. Negosiasi antara AS dan Jepang dapat menyulitkan karena kata-kata dalam
bahasa Jepang hai diterjemahkan “iya”, tetapi konotasinya adalah “iya, saya
sedang mendengarkan” bukan “iya, saya menyetujuinya”.
Ketiga adalah hambatan yang disebabkan
oleh perbedaan nada. Pada beberapa budaya, bahasa adalah formal; pada budaya
lain, tidak formal. Dalam beberapa budaya, perubahan nada bergantung pada konteks:
Orang-orang berbicara secara berbeda di rumah, dalam situasi sosial, dan di
tempat kerja.
Keempat adalah perbedaan dalam toleransi
untuk konflik dan metode untuk menyelesaikan konflik. Individu dari
budaya-budaya yang individualis cenderung menjadi lebih nyaman dengan konflik
secara langsung dan akan membuat sumber dari ketidaksepakatan menjadi terbuka
dengan jelas. Budaya koletivis cenderung lebih mengakui konflik secara implisit
dan menghindari perselisihan yang sarat emosional.
Konteks Budaya
Budaya-budaya cenderung berbeda dalam
keadaan yang mana konteks mempengaruhi makna yang diambil oleh individu dari
komunikasi. Dalam konteks budaya yang besar, orang-orang sangat bergantung pada
isyarat nonverbal dan isyarat situasional secara halus dalam berkomunikasi
dengan orang lain, status resmi seseorang, kedudukannya dalam masyarakat, serta
reputasi yang dibawa cukup berat.
Apa yang tidak dikatakan mungkin
merupakan hal yang lebih signifikan dibandingkan dengan apa yang dikatakan, itu
merupakan konteks budaya yang rendah. Mereka pada dasarnya mengandalkan pada
kata-kata yang disampaikan dan ditulis untuk menyampaikan suatu makna; bahasa
tubuh dan gelar yang formal kurang penting.
Pedoman Budaya
1. Kenali diri Anda sendiri.
Dengan memahami identitas kultural Anda sendiri dan bias adalah hal yang sangat
penting pula kemudian memahami sudut pandang yang unik dari orang-orang
lainnya.
2. Membantu perkembangan sifat
saling menghargai, keadilan, dan demokrasi.
Dengan jelas menetapkan lingkungan keadilan dan rasa saling peduli. Hal ini
akan menjadi budaya ketiga Anda bagi komunikasi antarbudaya yang efektif yang
melampaui norma kultural masing-masing orang.
3. Mempelajari Konteks budaya
dari setiap orang. Anda akan menemukan lebih banyak
kemiripan atau perbedaan pada kerangka acuan Anda sendiri daripada yang Anda
perkirakan. Namun, berhati-hati untuk tidak mengkategorikan mereka berdasarkan
asal budaya.
4. Ketika terdapat keraguan,
dengarkan. Jika Anda menyuarakan pendapat Anda terlalu
awal, Anda akan cenderung untuk menyinggung perasaan orang lain. Anda juga
ingin mendengarkan terlebih dahulu untuk lebih memahami bahasa antarbudaya dari
orang lain dan keakraban dengan budaya lain.
5. Sampaikan kenyataan, bukan
interprestasi Anda. Menginterprestasikan atau mengevaluasi
apa yang telah seseorang katakan atau lakukan lebih dipengaruhi oleh budaya dan
latar belakang Anda sendiri dibandingkan situasi yang diamati.
6. Pertimbangkan sudut pandang
orang lain. Sebelum Anda mengirimkan sebuah pesan,
tempatkan diri Anda sendiri pada sudut pandang si penerima.
7. Secara proaktif
mempertahankan identitas dari kelompok.
Seperti kebanyakan suatu budaya, penetapan patokan umum bagi budaya ketiga
untuk komunikasi antarbudaya secara efektif memerlukan waktu dan pemeliharaan.
Sumber : Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A,
2014, Organizational Behavior, 16th Edition, McGraw-Hill.
0 komentar:
Post a Comment