8. Tidak Disiplin


 

 Setelah sebelumnya mengenai Mengajar secara Monoton . Selanjutnya, kali ini kita akan belajar 

 Bel tanda belajar berbunyi. Halaman sekolah semula ramai menjadi sepi digantikan dengan suara disetiap kelas terdengar doa sebelum belajar atau ucapan salam dari murid yang cukup ramai menjawab salam dari sang guru. Namun, ada satu kelas, yang murid-murid di kelas masih saja bergurau dan belum mulai belajar. Ternyata, setelah diteliti mereka tidak memulai belajar dikarenakan guru yang mempunyai tugas mengajar di kelas itu belum juga datang. Setelah ditanyakan kepada mereka tentang alasan sang guru belum datang, mereka tentang alasan sang guru belum datang, mereka menyatakan bahwa sang guru memang sering kali telat. Dengan ungkapan lain, sang guru tidak disiplin.

Demikianlah salah satu contoh guru yang tidak disiplin untuk datang tepat waktu. Ia telah menelantarkan muridnya yang seharusnya mendapatkan bimbingan untuk belajar. Akibatnya, kegiatan belajar-mengajar di kelas tidak berjalan segaiamana yang diharapkan. 

Isitilah disiplin berasal dari bahasa Inggris "descipline" yang mengandung beberapa arti. Di antaranya adalah pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberap  tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Untuk lebih jelasnya, berbagai arti tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagaimana berikut :

1. Pengendalian Diri

Orang yang disiplin adalah orang yang mampu mengendalikan diri, mmenguasai diri, atupun membentuk tingkah laku yang sesuai dengan sesuatu yang sudah ditetapkan, baik ditetapkan oleh diri sendiri maupun orang lain.

Pengendalian diri dilakukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Orang yang butuh pengendalian diri adalah orang yang menganggap dirinya tidak mampu mengendalikan diri sendiri tanpa ada kendali diri dari luar sehingga pengendalian diri dari luar dibutuhkan agar menjadi orang yang disiplin.

 2. Membentuk Karakter yang Bermoral

Pembentukan tingkah laku atau karakter yag sesuai dengan yang diharapkan dapat menggunakan kedisiplinan. Dalam arti, orang akan terbiasa melakukan seuatu yan baik jika dia mendisiplinkan diri untuk berbuat sesuatu yang baik. Sebaliknya, orang akan sering kali melanggar apabila ia terbias melanggar sesuatu.

3. Kumpulan Tata Tertib untuk Mengatur Tingkah Laku

Orang yang disiplin dapat dipastikan memiliki sekumpulan tata tertib sebagai pedoman dalam bertindak. Tata tertib ini juga menjadi dasara dari segala sesuatu yang akan dilakukan, baik dari segi ucapan, tingkah laku, tempat, dan waktu. Orang yang melakukan sesuatu sesuai dengan tata tertib yang sudah ditetapkan, berarti ia dikatakan sebagai orang yang disiplin.

 


Simpulan

Secara sederhana bahwa disiplin merupakan upaya untuk membetuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi belajar-mengajar.

 

Lanjut dari Konsep Disiplin

 

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press 

 

7. Mengajar secara Monoton


 

Setelah sebelumnya mengenai Menganggap diri Paling Pandai. Selanjutnya, kali ini kita akan belajar 

 Kecenderungan terhadap segala sesuatu yang baru itulah yang perlu dipahami oleh guru. GUru yang mengajar dengan selalu menggunakan metode konvensional akan membosankan murid. Ketika mrudi bosan, ini akan berefek terhadap mandeknya motivasi belajarnya. Apalagi jika guru tidak melakukan inovasi, presentasi blejar murid pun kemungkinan semakin menurun.

Oleh karena itu, seorang guru tidak hanya perlu menguansai materi yang akan diajarkan. Ia juga harus menguasia berbafai metode pembelajaran yang akan diterapakn di kelsa. Selain, itu ua pun mestri memahami motivasi dan kompetensi belajar murid. Semuanya ini menjadi syarat utama baginya agar mengajar tidak monoton.

Guru yang tidak pernah mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan eksplorasi mengenai hal-hal baru dapat dipastikan akan mengajar secara monoton. Disinilah profesionalitas seorang guru mendapat tantangan. Tantangan paling utama adalah mebuat inovasi yang tepat dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga lebih hidup dan bermakna, serta menyenangkan bagi murid. 

Namun, perlu diketahui, sebenarnya keberhasilan seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar sangat tergantung pada kecakapannya dalam menerapkan metode pembelajaran. Jadi, tidak tergantung pada metodenya karena tidak ada metode yang paling baik dan buruk untuk diterapak dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan ataupun menurunkan prestasi belajar-mengajar murid. Salah satu caranya adalah guru harus mempunyai ide kretif dan inovatif untun mengajar.

Maka dari itu, selain guru harus selalu mempunyai ide kretif dan inovatif, ia juga perlu memakai pendektan emosinal terhadap murid. Misalnya, guru harus mengenal identitas, karakter, hobi, teman dekat, dan keluarga murid.Semua ini dapat dipakai oleh guru untuk mendekati muridnya secara emosional sehingga memudahkan dirinya dalam menjalankan kegiatan belajar-mengajar yang tidak  membosankan bagi muridnya.

Beberapa konsep belajar-mengajar yang tidak monoton dan tidak membosankan murid. Diantaranya adalah sebagi berikut : 

1. Guru dan Murid Aktif

 Guru harus memberikan kesempatan kepada murid untuk turut aktif dalam kelas. Jadi kegiatan belajar-mengajar tidak terfokus pada satu arah, melainkan dapat berpartisipasi semuanya, baik guru ataupun murid. Jangan sekali-sekali dalam pembelajaran, guru tidak melibatkan murid sehingga menjadi pasif.

Dalam konsep seperti itu, akan timbul rasa bosan pada diri murid karena ia bukanlah benda mati, melainkan orang yang juga mempunyai pekerjaan, dan keinginan untuk diakui dan dihargai oleh siap pun, termasuk gurunya. Ketika hal ini tidak bisa dmanfaatkan, murid akan merasa bosan.

2. Membuat Murid Merasa Senang dan Bersemangat
 
Setiap murid memiliki minat yang berbeda terhadap bebagai mata pelajaran. Sebagai contoh, ada murid yang sangat senang dengan pelajaran matematika, tetapi ada juga murid yang sangat membencinya karena ia emilik mata pelajaran lain yang sangat disukainya. Perbedaan minat ini perlu dipahami oleh guru.
Sehubungan dengan itu, guru harus memberikan beberapa contoh keterkaitan mata pelajaran dengan minat murid yang berbeda-beda. Ketika murid mengetahui tujuan dan manfaat mata pelajaran yang akan dikajinya, maka dapat dipastikan bahwa ia akan meras senang dan mempunyai semangat belajar bersama guru.

3. Selalu Membuat Inovasi

Setiap kali guru mengadakan pertemuan dengan murid,  guru harus mampu menghadirkan hal-hal yang baru untuk diketahui oleh murid, mulai dari metode mengajar, teknik mengajar. dan lain-lian.

Inovasi pembelajaran mengajar penting dalam hal ini. Sebab, denga itu murid akan merasa menemukan hal0hal beru yang dapat menyenangkan dan mebahagiakan dirinya,

Simpulan

Demikianlah beberapa cara sederhana yang dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar agar suasana pembelajaran di kelas berlangsung tidak monoton dan mebosankan. Selain itu, aktivitas belajar-mangajar pun akan berlangsung lebih optimal.

Ada beberap acara agar mengajar tidak menonton guru dan murid aktif, membuat murid merasa senang dan bersemangat, serta selalu membuat inovasi.

 

Nantikan artikel berikutnya tentang Tidak Disiplin

 

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press 

 

6. Menganggap Diri Paling Pandai

 


 

 Setelah sebelumnya mengenai Tidur saat Mengajar. Selanjutnya, kali ini kita akan belajar Menganggap Diri Paling Pandai

 Suasana belajar-mengajar terasa kaku. Murid tidak banyak memberikan komnter atau tanggapan, mengungkapkan ide, pemikiran, ataupun kritikan terhadap sang guru. Hal ini terjadi ketika setiap kali murid mengungkapkan ide dan pemikiran yang berbeda selalu disalahkan oleh sang guru. Tidak pernah sekali pun sang guru mengapresiasi pemikiran muridnya. Segala sesuatu yang disampaikan oleh sang guru merupakan kebenaran mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat. Sang guru selalu merasa paling benar atau tidak pernah merasa salah sedikit pun dalam aktivitas belajar-mengajar.

Itulah gambaran seorang guru yang merasa paling pintar dalam kegiatan belajar-mangajar. Murid tidak boleh membantah, serta harus patuh dan tunduk dengan sesuatu yang disampaikan oleh sang guru. Jika membantah, murid dianggap tidak mengerti dengan sesuatu yang disampaikan sang guru. Dan, lebih menyedihkan lagi, murid akan dianggap bodoh jika tidak menerima pemikiran sang guru. Murid benar-benar berada di bawah kendali sang guru sehingga murid tidak lebih dari sebuah robot yang kontrolnya berada di tangan sang guru.

Guru yang meras paling panda menurut E. Mulyasa, berawal dari sebuah kondis adanya perbedaan usia antara guru dan murid. Usia guru relatif lebih tua daripada muridnya. Sehingga, guru merasa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang melebihi muridnya. Dari situlah, lahir pemikiran untuk mendominasi murid. Murid dianggap "gelas kosong yang perlu diisi air"? Dan, satu-satunya yang dapat mengisi gelas kososng itu, menurut guru yang mersa paling pandai, adalah guru itu sendiri.

Murid yang seharusnya : berada di bawah kendali guru, menurut Sartre (dalam buku penulis Eko Prasetyo, Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta: Resti Book, 2004), menggunakan konsep pendidikan yang memaksa seseorang untuk makan karena dianggap lapar. Bahkan, ia tak hanya memaksa, melainkan juga mengunyahkan, kemudian memaksa menelan sesuatu yang sudah dikunya agar kenyang. Guru yang mersa paling pandai "menyuapkan" pengetahuan secara paksa kepada murid dengan anggapan agar murid "kenyang" dangan pengetahuaan. Padahal,ketika pengetahuan dipaksakan untuk "Dimakan" maka akan memunculkan dua akibat negatif.

Pertama, jika murid tidak suka atau menganggap "makanan" pengetahuan itu tidak pantas "dimakan", ia akan memuntahkannya. Hasilnya, tentu saja tetap tidak "mengenyangkan" atau murid tetap "lapar".

Kedua, bila murid terpaksa "memakannya" maka, akan menjadi penyakit yang membuat dirinya jadi tidak percaya diri, suka meniru, dan ,menggantungkan dirinya pada orang lain. Independensi dalam berpikir menjadi "modal".Dan tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia pun menjadi gagal.

Guru yang merasa paling pandai telah membatasi dirinnya untuk belajar kepada siapa pun, termasuk muridnya. Padahal, guru yang bersedia belajar kepada muridnya tidak akan mengurangi kehormatannya. bahkan, guru yang demikian secara tidak langsung telah meberi dukungan kepada murid untuk terus rajin belajar dan mengembangkan pengetahuan cemerlang yang dimilikinya.

Sebaliknya, guru yang tetap merasa paling pandai di tengah terbukanya peluang untuk belajar di mana pn dan kapan pun, secara tidak langsugn telah menghilangkan citra dan kewibawaan nya sendiri kerana mepertahankan kesombongan dan kekolotannya.

Guru yang benar-benar padnai (bukan merasa paling pandai) dapat memanfaatkan situasi zaman yang terus berkembang. Ia tidak pernah berhenti untuk terus belajar kepada siapa pun. Karena guru terus belajar sepanjang hayat, ia tidak akan pernah merasa palaing pandaia. Dirinya tidak perlu membuktikan kepada muridnya bahwa dirinya paling pandai. Apalagi, untuk membuktikan itu, ia menggunakan moteode tekanan, ancaman, dan hukuman.

Dari guru yang demikian, akan lahri murid yang mampu bersaing di tengah masyarakat. Sebab, ide, pemikiran, dan kreativitas tidak "disumbat" oleh keangkuhan sang guru. Oleh karena itu, semsetinya guru berpikir demokratis dalam kegiatan belajr-mengajar.

Simpulan

Menjadi guru harus selalu tetap belajar mengikuti perkembangan zaman menghindari rasa ego dan sombong dengan ilmu yang sudah dimiliki atau ilmu yang sudah diberikan kepada murid sehingga menjadi guru adalah tetap belajar dengan siapapun kapan pun dan dimanapun sampai akhir hayat.

 

Nantikan artikel berikutnya tentang Mengajar secara Monoton

 

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press 

5. Tidur Saat Mengajar

 


 

 Setelah sebelumnya mengenai  Mengajar seraya Bermain Handphone. Selanjutnya, kali ini kita akan belajar poin ke lima Tidur saat Mengajar

 Biasanya di dalam suatu pembelajaran di kelas,, guru setelah selesai meberikan salam perjumpaan. Lalu, ia membaca dengan memanggil murid dari daftar hadir murid. Selanjutnya, ia menerangkan sedikit tentang mata pelajaran yang akan berlangsung. Tak lama kemudian, ia memberikan tugas kepada murid, yang memberikan waktu pengerjaan setengah jam jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh. 

Sambil mengunggu murid yang sedang mengerjakan tugas, guru duduk di bangkunya dengan tenang. Namun, tak lama kemudian, ia merebahkan kepalanya di atas mejanya dengan ditopang tangannya. Singkat cerita, sang guru pun tertidur pulas.

Kegembiraan sedikit demi sedikit terlihat di wajah beberapa murid. Untuk memastikan bahwa gurunya benar-benar tertidur, salah satu murid pura-pura menjatuhkan bukunya ke lantai sehingga terdengar suara cukup keras dan biasanya akan terbangun. 

Semua murid sepontan mengarahkan pandangan kepada murid yang menjatuhkan buku. Namun, hanya hanya satu yang tidak melihat ke arah jatuhnya buku, yaitu sang guru yang tertidur. Dengan drama itu, murid pun dapat memastikan bahwa sang guru sudah tertidur pulas.

Suasan kelas yang semual sunyi karena murid mengerjakan tugas berubah menjadi sedikit ramai. Ada yang berhenti mengerjakan tugas, ada yang menyontek temannya yang lebih pintar dalam menyelesaikan tugas, dan lain-lain.

 

 

Dengan demikian, guru yang tidur saat mengajar telah melakukan kesalahan yang fatal. Terlepas apakah dirinya semalam kurang tidur karena mengerjakan sebuah proyek sekolah atau alasan lainnya, yang pasti, guru yang tidur ketika mengajar merupakan contoh perbuatan yang keliru dan salah. Segala kewajibannya dalam mengajar menjadi terabaikan. Nah, apa artinya guru masuk kelas untuk mengajar jika di dalam kelas tertidur? atau, dengan ungkapan lian, kelas seperti tidak ada guru.

Bagi murid yang mempunyai niat kuat atau serius untuk mengikuti prose belajar-mengajar di kelas akan merasa terganggu  dengan guru yang tertidur di kelas. Lebih jauh, bisa muncul rasa tidak senang. Semuanya itu akan merusak efektivitas belajar-mengajar.

Sehubungan dengan itu, murid dan orang tuanya akan mengalami kerugian besara. Misalnya, murid sudah meluangkan waktu danmeninggalkan akticitas bermain di luar kelas. Tetapi, setalah di dalam kelas saat beralngsung proses belajar-mengajar ternyata guru tertidur.

Dan lebih disayangkan lagi karena oran gtuan murid sudah mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan anaknya. Namun, sesampainya di sekolah, sang anak tidak bisa belajar secara maksimal. Ironisnya, yang mebuat proses belajar-mangajar tidak maksimal justru sang guru.

Simpulan

Dari keterangan tersbuet, dapat disimpulkan bahawa tidak hanya efektivitas belajar-mangajar yang menurun ketiak guru tertidur di kelas tetapi derajat, citra, dan profesionalitasnya juga akan menurun. Padalah , semuanya itu mejadi syarat utama bagi seorang guru untuk mencapai kesuksesan dalam kegiatan balajar-mangajar.

 Nantiakan artikel selanjutnya Poin ke enam, Menganggap Diri Paling Pandai

 Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press

4. Mengajar Seraya Bermain Handphone

 

HP menjadi alat komunikasi antarorang yan tidak bisa bertatap muka secara langsung ataupun berjauhan.Oleh karena itu, HP menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan saat ini. Nyaris semua orang di dunia mempunyai HP. Selain orang kota , orang desa pun memiliki HP. HP juga tidak hanya dipunyai oleh orang dewasa, melainkan demikian juga oleh anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Lazimnya, orang yang tidak mempunyai HP saat ini dikatakan ketinggalam zaman. 

Perlu dipahami, bahwa teknologi yang digunakan sebagaimana mestinya akan mengandung banyak manfaat, seperti HP sebagai alat komunikasi. Namun, perlu diingat, teknologi juga mengandung mudharat atau dapat merugikan pemakainya dan orang lain bila digunaan secara tidak tepat serta digunakan di tempat dan waktu yang tidak semestinya.

Guru yang memainkan HP saat mengajar merupakan contoh orang yang menggunakan teknologi berupa HP di tempat dan waktu yang tidak tepat. Kecuali HP digunakan oleh guru berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Sebab, saat HP tidak hanya sebagi alat untuk berkomunikasi, melinkan juga banyak mengandung aplikasi seperti kalkulator. Menggunakan kalkulator di HP untuk pendidikan ketika kegiatan belajar-mengajar tidaklah termasukmemainkan HP di tempat dan waktu yang salah.

Maka tidaklah keliru jika sekolah melarang murid mengaktifkan HP saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar kerena HP benar-benar terbukti mengganggu jalannya proses belajar-mengajar. Namun, tidak adil bila yang dilarang hanya murid, sedangkan guru dapat memainkan HP sesukanya.

Sungguh, sangat tidak masuk akal jika di satu sisi, sekolah melarang murdi mengaktifkan HP, tetapi di sis lain, sekolah membiarkan guru memberikan contoh melanggar aturan yang ditetapan sekolah bgai murid. 

Oleh karena itu, tidak heran bila sekolah yang menerapkan aturan seperti itu tidak dihiraukan oleh murdi karena tidak ada contoh dari gurunya. Murid sebagaiman grurunya, juga mengaktifkan HP, meskipun secara sembunyi-sembunyi saat kegiatan belajar-mangajar.

Simpulan

 Dalam prose Belajar-mengajar sekolah melarang guru dan murid menggunakan handphone pada proses belajar mengajar. Sehingga ilmu dan prose belajar-mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.

 Selanjutnya poin lima adalah Tidur Saat Mengajar Selanjutnya, kali ini kita akan belajar Mengajar seraya Bermain Handphone 


Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press 

3. Mengajar sembari Makan

 


Coba bayangkan, begaiman lucunya suara seorang guru jika saat menerangkan mata pelajaran sambil mengunyah makanan? Tentunya, kata-kata yang diucapkan olehnya tidak akan terdengar jelas karena dibarengi makan. Padahal, seharusnya tempat keluarnya suara (mulut) harus kosong jika ingin kata-kata terdengar jelas.

Seorang guru yang mengajar sambil mengunyah makan akan merepotkan muridnya dalam memahami sesusatu yang dikatakan olehnya. Boleh jadi, muridnya akan meminta kepadanya agar mengulangi kembali sesuatu yang sudah dikatakan olehnya. Oleh karena itu, efektivitas belajar-mengajar akan terganggu jika guru mengajar sembari makan.

Ditinjau dari sudat pandang etika, tingkah laku seorang guru yang mengajar sembari makan merupakan tingkah laku yang tidak sopan. Sebab, guru yang demikian tidak bisa membedakan tempat makan dan tempat mengajar, sehingga tidak dapat mengatur waktu untuk makan dan mengajar. Sudah jelas bahwa tempat makan adalah warung makan, restoran, dan rumah. Jadi, jelas bukanlah tempat yang tepat untuk makan bagi seorang guru, apalagi saat mengajar.

Guru yang makan ketika mengajar tak ubahnya mempertontonkan tindakannya makan disembarang tempat. Padahal, yang ada di hadapan guru adalah murid yang mudah terpengaruh untuk mengikuti tingkah laku gurunya.

Guru sebagi teladan seharusnya memberikan contoh yang baik mengenai tempat dan waktu makan yang tepat. Murid tentu sangat menginginkan belajar sambil makan dibandingkan gurunya yang makan satat mengajar. Selain itu, sebagi murid cenderung mengalami kejenuhan ketika mengikuti pelajaran. Namun, keinginan untuk makan ini tidak mungkin diwujudkan karena setiap sekolah menerpakan aturan yang melarang para murid untuk makan saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar.

Larangan makan diterapkan karena makan ketika kegiatan belajar-mangajar akan mengganggu proses belajar-mengajar. Bunyi mengunyah makana dan bau makanan akan menyebar di ruangan kelas. Sehingga, konsentrasi belajar murid akan terganggu. Apalagi pada saat yang sama, murid  yang satu denga murid yang lain mebawa makan yang berbeda. Kemungkinan akan terjadi dialog masalah makanan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelajaran.

Kasus semacam ini terkesan aneh dan lucu. Akan tetapi, kasus tersebut tidak menutup kemungkinan dialami oleh beberapa guru yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan ngemil.

Orang yang sudah terbiasa makan ketika pergi ke mana saja di mana saja tidak bisa lepas dari makanan atau selau membawa makanan, seperti makanan ringan berupa snack, permen, cemilan dan roti. Selanjutnya, makanaan itu akan di makan di mana saja dan kapan saja ketika ingin makan.

Guru  yang mengajar sambil makan cemilan tentu saja tidak akan mendapatkan teguran dari muridnya, biasanya. Sebaliknya, guru yang melihat muridnya makan cemilan saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar kemungkinan besar akan menegur dan melarangnya karena muridnya dianggap tidak akan konsentrasi dalama belajar dan memahami segala sesuatu yang dijelaskan oleh gurunya.

Makan dari itu, aturan untuk tidak makan di dalam kelas saat belajar-mengajar tidak hanya diterapkan pada murid, tetapi juga guru. Efektivitas  dan efisiensi belajar-mengajar akan berlangsung dengan tenang jika menempatkan waktu dan tempat untuk makan dan belajar.

Ada waktu dan kesempatan khusus dalam proses belajar-mengajar di perbolehkan mankan seperti ketika memang diwajibkan makan karena suatu penyakit atau guru memberikan contoh makan yang benar dan sopan kepada muridnya.

Simpulan

Mengajar sembari Makan makanan tidak lah pantas dilakukan bagi Guru dalam proses belajar-mangajar apa lagi  dilakukan oleh murid yang sedang belajar karena menggungu proses belajar-mengajar. Tetapi aturan ini tetap ada pengecualian pada waktu dan keadaan tertentu seperti seseorang harus makan karena sakit dan diwajibkan oleh dokter atau guru sedang memberikan contoh cara makan yang baik dan benar serta sopan.

Demikian telah sampai pada pembahasan mengenai Mengajar sembari makan jangan lupa baja juga artikel selanjutnya yaitu nomor empat, Mengajar seraya Bermain Handphone.

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press