UTILITARISME

 

 

Sumber Gambar : shutterstock

Apa itu "Utilitarisme"?

"Utilitarisme" berasal dari kata Latin utilis yang artinya "bermanfaat". 

Menurut Teori ini suatu perbuatan adalah baik jika memberi manfaat, tetapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi, utilitarisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria unutk menetapkan baik buruknya suatu perbuatan adalah

The greatest happiness of the greatest number, 

 dalam artian kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.

Perbuatan yang sempat mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. 

Mudah dipahami bahwa utilitarisme sebagai teori etika cocok sekali dengan pemikiran ekonomis. Misalnya, teori ini cukup dekat dengan cost benefit analysis yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat yang dimaksud utilitarisme bisa dihitung juga sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Dan memang pernah ada penganut utilitarisme yang mengusahakan perhitungan macam itu di bidang etika.

Kritik

Dalam perdebatan antara para etikawan, teori utilitarisme menemui banyak kritik. Keberatan utama yang dikemukakan adalah bahwa utilitarisme tidak berhasil  menampung dalam teorinya dua paham etis yang amat penting, yaitu keadilan dan hak. Akan tetapi, bagaimana kalau perbuatan itu serentak juga tidak adil bagi suatu kelompk tertentu atau melanggar hak beberapa orang atau barangkali  malah hanya satu orang?  Jika mereka mau konsisten, pada penduduk utilitarisme mesti mengatakan bahwa dalam hal itu perbuatannya harus dinilai baik. Jadi, kalau mau konsisten, mereka harus mengorbankan keadilan dan hak kepada manfaat. Namun kesimpulan itu sulit diterima oleh kebanyakan etikawan. 

Beberapa utilitaris telah mengusulkan untuk membedakan dua macam utilitarisme

Utilitarisme perbuatan (act utilitarianism)

Utilitarisme aturan (rrule utilitarianism

Misalnya, kita bisa menerapkan prinsip ini atas aturan moral "janji harus ditepati". Kalau kita membandingkan aturan "janji harus ditepati" dengan aturan "janji tidak perlu ditepati", maka kita semua akan menuetujui bahwa aturan pertama tahan terhadap prinsip utilitaristis, sedangkan aturan kedua tidak. "janji harus ditepati" sebagai aturan moral harus dianggap sah. karena membawa manfaat paling besar bagi seluruh masyarakat, walaupun selalu mungkin ada orang yang menyesal karena janji yang pernah diadakan. Sedangkan "Janji tidak perlu ditepati" sebagai aturan moral tidak tahan uji, karena  kehidupan masyarakat yang berpegang pada aturan moral seperti itu pasti akan kacau-balau. Bisnis dan kegiatan sosial lainnya akan mengalami kemacetan total dalam masyarakat yang berpegang pada aturan "janji tidak perlu ditepati". Karena itu aturan kedua ini tidak bisa diterima sebagai aturan moral yang sah.

Kita dapat menyimpulkan bahwa utilitarisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral. Dengan demikian mereka memang dapat menghindari beberapa kesulitan dari utilitarisme perbuatan. Karena itu utilitarisme aturan ini merupakan suatu upaya teoritis yang menarik.




Sumber :

Buku : Pengantar Etika Bisnis

Penulis : K. Bertens

Penerbit : Penerbit Kanisius

TAHUN 2000

Halaman 66-68

0 komentar:

Post a Comment