Sumber Gambar : Shutterstock |
Setelah kita mengenal Utilitarisme selanjutnya kita mengenal Deontologi
Apa itu Deonologi?
Sebelumnya dalam utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensinya, maka deontologi (deontology) melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Istilah "deontologi" ini berasal dari kata Yunani "deon" yang berarti kewajiban.
Atas pertanyaan
"mengapa perbuatan ini adalah baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk?"
deontologi menjawab : "karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang". Yang menjadi dasar dari baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Hanya itu, Kita tidak perlu bertanya lebih lanjut. Konsekuensi perbuatan dalam hal ini tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan hanya karena wajib dilakukan. Karena itu bisa dimengerti bahwa deontologi selalu menekankan : perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujaun yang bai tidak menjadikan perbutan itu baik. Kita tidak pernah boleh melakukan sesuatu yang jahat supaya dihasilkan sesuatu yang baik. Misalnya, kita tidak boleh mencuri atau berdusta untuk membantu orang lain dan dengan itu berbuat baik kepadanya. Mencari atau berdusta tidak boleh. Kewaiban itu bagideontologi tida bisa ditawar - tawar.
Sadar atau tidak, orang beragama berpegang pada pendirian deontologi ini. Mengapa satu perbuatn adalah baik, sedangkan perbuatan lain adalah buruk? Orang beragama menjawab: karena diperintahkan atau dilarang oleh Tuhan. Setiap agama mengenal perintah atau larangan moral macam itu. Dalam tradisi agama Yahudi-Kristiani dikenal apa yang disebut "Sepuluh Perintah Allah" (The Ten Commandments) , yang pada dasarnya akan diterima oleh semua agama. Berdusta, mencuri, berinah, membunuh tidak boleh. Mengapa? Bagi orang beragama jawabannya adalah : karena dilarang oleh Tuhan. Dan memang benar, semua perbuatan yang disebut tadi dilarang dalam "Sepuluh Perintah Allah" dari agama Yahudi-Kristiani dan pasti dilarang juga oleh semua agama lain.
Pendekatan deontologi yang setidak-tidaknya dengan implisit- sudah diterima dalam koteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting. Yang memberi pendasaran filosofis kepada teori deontologi adalah filsafat besar german, Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant (1724-1804)
Sumber :
Buku : Pengantar Etika Bisnis
Penulis : K. Bertens
Penerbit : Penerbit Kanisius
TAHUN 2000
Halaman 69-72
0 komentar:
Post a Comment