6. Menganggap Diri Paling Pandai

 


 

 Setelah sebelumnya mengenai Tidur saat Mengajar. Selanjutnya, kali ini kita akan belajar Menganggap Diri Paling Pandai

 Suasana belajar-mengajar terasa kaku. Murid tidak banyak memberikan komnter atau tanggapan, mengungkapkan ide, pemikiran, ataupun kritikan terhadap sang guru. Hal ini terjadi ketika setiap kali murid mengungkapkan ide dan pemikiran yang berbeda selalu disalahkan oleh sang guru. Tidak pernah sekali pun sang guru mengapresiasi pemikiran muridnya. Segala sesuatu yang disampaikan oleh sang guru merupakan kebenaran mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat. Sang guru selalu merasa paling benar atau tidak pernah merasa salah sedikit pun dalam aktivitas belajar-mengajar.

Itulah gambaran seorang guru yang merasa paling pintar dalam kegiatan belajar-mangajar. Murid tidak boleh membantah, serta harus patuh dan tunduk dengan sesuatu yang disampaikan oleh sang guru. Jika membantah, murid dianggap tidak mengerti dengan sesuatu yang disampaikan sang guru. Dan, lebih menyedihkan lagi, murid akan dianggap bodoh jika tidak menerima pemikiran sang guru. Murid benar-benar berada di bawah kendali sang guru sehingga murid tidak lebih dari sebuah robot yang kontrolnya berada di tangan sang guru.

Guru yang meras paling panda menurut E. Mulyasa, berawal dari sebuah kondis adanya perbedaan usia antara guru dan murid. Usia guru relatif lebih tua daripada muridnya. Sehingga, guru merasa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang melebihi muridnya. Dari situlah, lahir pemikiran untuk mendominasi murid. Murid dianggap "gelas kosong yang perlu diisi air"? Dan, satu-satunya yang dapat mengisi gelas kososng itu, menurut guru yang mersa paling pandai, adalah guru itu sendiri.

Murid yang seharusnya : berada di bawah kendali guru, menurut Sartre (dalam buku penulis Eko Prasetyo, Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta: Resti Book, 2004), menggunakan konsep pendidikan yang memaksa seseorang untuk makan karena dianggap lapar. Bahkan, ia tak hanya memaksa, melainkan juga mengunyahkan, kemudian memaksa menelan sesuatu yang sudah dikunya agar kenyang. Guru yang mersa paling pandai "menyuapkan" pengetahuan secara paksa kepada murid dengan anggapan agar murid "kenyang" dangan pengetahuaan. Padahal,ketika pengetahuan dipaksakan untuk "Dimakan" maka akan memunculkan dua akibat negatif.

Pertama, jika murid tidak suka atau menganggap "makanan" pengetahuan itu tidak pantas "dimakan", ia akan memuntahkannya. Hasilnya, tentu saja tetap tidak "mengenyangkan" atau murid tetap "lapar".

Kedua, bila murid terpaksa "memakannya" maka, akan menjadi penyakit yang membuat dirinya jadi tidak percaya diri, suka meniru, dan ,menggantungkan dirinya pada orang lain. Independensi dalam berpikir menjadi "modal".Dan tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia pun menjadi gagal.

Guru yang merasa paling pandai telah membatasi dirinnya untuk belajar kepada siapa pun, termasuk muridnya. Padahal, guru yang bersedia belajar kepada muridnya tidak akan mengurangi kehormatannya. bahkan, guru yang demikian secara tidak langsung telah meberi dukungan kepada murid untuk terus rajin belajar dan mengembangkan pengetahuan cemerlang yang dimilikinya.

Sebaliknya, guru yang tetap merasa paling pandai di tengah terbukanya peluang untuk belajar di mana pn dan kapan pun, secara tidak langsugn telah menghilangkan citra dan kewibawaan nya sendiri kerana mepertahankan kesombongan dan kekolotannya.

Guru yang benar-benar padnai (bukan merasa paling pandai) dapat memanfaatkan situasi zaman yang terus berkembang. Ia tidak pernah berhenti untuk terus belajar kepada siapa pun. Karena guru terus belajar sepanjang hayat, ia tidak akan pernah merasa palaing pandaia. Dirinya tidak perlu membuktikan kepada muridnya bahwa dirinya paling pandai. Apalagi, untuk membuktikan itu, ia menggunakan moteode tekanan, ancaman, dan hukuman.

Dari guru yang demikian, akan lahri murid yang mampu bersaing di tengah masyarakat. Sebab, ide, pemikiran, dan kreativitas tidak "disumbat" oleh keangkuhan sang guru. Oleh karena itu, semsetinya guru berpikir demokratis dalam kegiatan belajr-mengajar.

Simpulan

Menjadi guru harus selalu tetap belajar mengikuti perkembangan zaman menghindari rasa ego dan sombong dengan ilmu yang sudah dimiliki atau ilmu yang sudah diberikan kepada murid sehingga menjadi guru adalah tetap belajar dengan siapapun kapan pun dan dimanapun sampai akhir hayat.

 

Nantikan artikel berikutnya tentang Mengajar secara Monoton

 

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press 

5. Tidur Saat Mengajar

 


 

 Setelah sebelumnya mengenai  Mengajar seraya Bermain Handphone. Selanjutnya, kali ini kita akan belajar poin ke lima Tidur saat Mengajar

 Biasanya di dalam suatu pembelajaran di kelas,, guru setelah selesai meberikan salam perjumpaan. Lalu, ia membaca dengan memanggil murid dari daftar hadir murid. Selanjutnya, ia menerangkan sedikit tentang mata pelajaran yang akan berlangsung. Tak lama kemudian, ia memberikan tugas kepada murid, yang memberikan waktu pengerjaan setengah jam jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh. 

Sambil mengunggu murid yang sedang mengerjakan tugas, guru duduk di bangkunya dengan tenang. Namun, tak lama kemudian, ia merebahkan kepalanya di atas mejanya dengan ditopang tangannya. Singkat cerita, sang guru pun tertidur pulas.

Kegembiraan sedikit demi sedikit terlihat di wajah beberapa murid. Untuk memastikan bahwa gurunya benar-benar tertidur, salah satu murid pura-pura menjatuhkan bukunya ke lantai sehingga terdengar suara cukup keras dan biasanya akan terbangun. 

Semua murid sepontan mengarahkan pandangan kepada murid yang menjatuhkan buku. Namun, hanya hanya satu yang tidak melihat ke arah jatuhnya buku, yaitu sang guru yang tertidur. Dengan drama itu, murid pun dapat memastikan bahwa sang guru sudah tertidur pulas.

Suasan kelas yang semual sunyi karena murid mengerjakan tugas berubah menjadi sedikit ramai. Ada yang berhenti mengerjakan tugas, ada yang menyontek temannya yang lebih pintar dalam menyelesaikan tugas, dan lain-lain.

 

 

Dengan demikian, guru yang tidur saat mengajar telah melakukan kesalahan yang fatal. Terlepas apakah dirinya semalam kurang tidur karena mengerjakan sebuah proyek sekolah atau alasan lainnya, yang pasti, guru yang tidur ketika mengajar merupakan contoh perbuatan yang keliru dan salah. Segala kewajibannya dalam mengajar menjadi terabaikan. Nah, apa artinya guru masuk kelas untuk mengajar jika di dalam kelas tertidur? atau, dengan ungkapan lian, kelas seperti tidak ada guru.

Bagi murid yang mempunyai niat kuat atau serius untuk mengikuti prose belajar-mengajar di kelas akan merasa terganggu  dengan guru yang tertidur di kelas. Lebih jauh, bisa muncul rasa tidak senang. Semuanya itu akan merusak efektivitas belajar-mengajar.

Sehubungan dengan itu, murid dan orang tuanya akan mengalami kerugian besara. Misalnya, murid sudah meluangkan waktu danmeninggalkan akticitas bermain di luar kelas. Tetapi, setalah di dalam kelas saat beralngsung proses belajar-mengajar ternyata guru tertidur.

Dan lebih disayangkan lagi karena oran gtuan murid sudah mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan anaknya. Namun, sesampainya di sekolah, sang anak tidak bisa belajar secara maksimal. Ironisnya, yang mebuat proses belajar-mangajar tidak maksimal justru sang guru.

Simpulan

Dari keterangan tersbuet, dapat disimpulkan bahawa tidak hanya efektivitas belajar-mangajar yang menurun ketiak guru tertidur di kelas tetapi derajat, citra, dan profesionalitasnya juga akan menurun. Padalah , semuanya itu mejadi syarat utama bagi seorang guru untuk mencapai kesuksesan dalam kegiatan balajar-mangajar.

 Nantiakan artikel selanjutnya Poin ke enam, Menganggap Diri Paling Pandai

 Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press

4. Mengajar Seraya Bermain Handphone

 

HP menjadi alat komunikasi antarorang yan tidak bisa bertatap muka secara langsung ataupun berjauhan.Oleh karena itu, HP menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan saat ini. Nyaris semua orang di dunia mempunyai HP. Selain orang kota , orang desa pun memiliki HP. HP juga tidak hanya dipunyai oleh orang dewasa, melainkan demikian juga oleh anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Lazimnya, orang yang tidak mempunyai HP saat ini dikatakan ketinggalam zaman. 

Perlu dipahami, bahwa teknologi yang digunakan sebagaimana mestinya akan mengandung banyak manfaat, seperti HP sebagai alat komunikasi. Namun, perlu diingat, teknologi juga mengandung mudharat atau dapat merugikan pemakainya dan orang lain bila digunaan secara tidak tepat serta digunakan di tempat dan waktu yang tidak semestinya.

Guru yang memainkan HP saat mengajar merupakan contoh orang yang menggunakan teknologi berupa HP di tempat dan waktu yang tidak tepat. Kecuali HP digunakan oleh guru berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Sebab, saat HP tidak hanya sebagi alat untuk berkomunikasi, melinkan juga banyak mengandung aplikasi seperti kalkulator. Menggunakan kalkulator di HP untuk pendidikan ketika kegiatan belajar-mengajar tidaklah termasukmemainkan HP di tempat dan waktu yang salah.

Maka tidaklah keliru jika sekolah melarang murid mengaktifkan HP saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar kerena HP benar-benar terbukti mengganggu jalannya proses belajar-mengajar. Namun, tidak adil bila yang dilarang hanya murid, sedangkan guru dapat memainkan HP sesukanya.

Sungguh, sangat tidak masuk akal jika di satu sisi, sekolah melarang murdi mengaktifkan HP, tetapi di sis lain, sekolah membiarkan guru memberikan contoh melanggar aturan yang ditetapan sekolah bgai murid. 

Oleh karena itu, tidak heran bila sekolah yang menerapkan aturan seperti itu tidak dihiraukan oleh murdi karena tidak ada contoh dari gurunya. Murid sebagaiman grurunya, juga mengaktifkan HP, meskipun secara sembunyi-sembunyi saat kegiatan belajar-mangajar.

Simpulan

 Dalam prose Belajar-mengajar sekolah melarang guru dan murid menggunakan handphone pada proses belajar mengajar. Sehingga ilmu dan prose belajar-mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.

 Selanjutnya poin lima adalah Tidur Saat Mengajar Selanjutnya, kali ini kita akan belajar Mengajar seraya Bermain Handphone 


Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press 

3. Mengajar sembari Makan

 


Coba bayangkan, begaiman lucunya suara seorang guru jika saat menerangkan mata pelajaran sambil mengunyah makanan? Tentunya, kata-kata yang diucapkan olehnya tidak akan terdengar jelas karena dibarengi makan. Padahal, seharusnya tempat keluarnya suara (mulut) harus kosong jika ingin kata-kata terdengar jelas.

Seorang guru yang mengajar sambil mengunyah makan akan merepotkan muridnya dalam memahami sesusatu yang dikatakan olehnya. Boleh jadi, muridnya akan meminta kepadanya agar mengulangi kembali sesuatu yang sudah dikatakan olehnya. Oleh karena itu, efektivitas belajar-mengajar akan terganggu jika guru mengajar sembari makan.

Ditinjau dari sudat pandang etika, tingkah laku seorang guru yang mengajar sembari makan merupakan tingkah laku yang tidak sopan. Sebab, guru yang demikian tidak bisa membedakan tempat makan dan tempat mengajar, sehingga tidak dapat mengatur waktu untuk makan dan mengajar. Sudah jelas bahwa tempat makan adalah warung makan, restoran, dan rumah. Jadi, jelas bukanlah tempat yang tepat untuk makan bagi seorang guru, apalagi saat mengajar.

Guru yang makan ketika mengajar tak ubahnya mempertontonkan tindakannya makan disembarang tempat. Padahal, yang ada di hadapan guru adalah murid yang mudah terpengaruh untuk mengikuti tingkah laku gurunya.

Guru sebagi teladan seharusnya memberikan contoh yang baik mengenai tempat dan waktu makan yang tepat. Murid tentu sangat menginginkan belajar sambil makan dibandingkan gurunya yang makan satat mengajar. Selain itu, sebagi murid cenderung mengalami kejenuhan ketika mengikuti pelajaran. Namun, keinginan untuk makan ini tidak mungkin diwujudkan karena setiap sekolah menerpakan aturan yang melarang para murid untuk makan saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar.

Larangan makan diterapkan karena makan ketika kegiatan belajar-mangajar akan mengganggu proses belajar-mengajar. Bunyi mengunyah makana dan bau makanan akan menyebar di ruangan kelas. Sehingga, konsentrasi belajar murid akan terganggu. Apalagi pada saat yang sama, murid  yang satu denga murid yang lain mebawa makan yang berbeda. Kemungkinan akan terjadi dialog masalah makanan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelajaran.

Kasus semacam ini terkesan aneh dan lucu. Akan tetapi, kasus tersebut tidak menutup kemungkinan dialami oleh beberapa guru yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan ngemil.

Orang yang sudah terbiasa makan ketika pergi ke mana saja di mana saja tidak bisa lepas dari makanan atau selau membawa makanan, seperti makanan ringan berupa snack, permen, cemilan dan roti. Selanjutnya, makanaan itu akan di makan di mana saja dan kapan saja ketika ingin makan.

Guru  yang mengajar sambil makan cemilan tentu saja tidak akan mendapatkan teguran dari muridnya, biasanya. Sebaliknya, guru yang melihat muridnya makan cemilan saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar kemungkinan besar akan menegur dan melarangnya karena muridnya dianggap tidak akan konsentrasi dalama belajar dan memahami segala sesuatu yang dijelaskan oleh gurunya.

Makan dari itu, aturan untuk tidak makan di dalam kelas saat belajar-mengajar tidak hanya diterapkan pada murid, tetapi juga guru. Efektivitas  dan efisiensi belajar-mengajar akan berlangsung dengan tenang jika menempatkan waktu dan tempat untuk makan dan belajar.

Ada waktu dan kesempatan khusus dalam proses belajar-mengajar di perbolehkan mankan seperti ketika memang diwajibkan makan karena suatu penyakit atau guru memberikan contoh makan yang benar dan sopan kepada muridnya.

Simpulan

Mengajar sembari Makan makanan tidak lah pantas dilakukan bagi Guru dalam proses belajar-mangajar apa lagi  dilakukan oleh murid yang sedang belajar karena menggungu proses belajar-mengajar. Tetapi aturan ini tetap ada pengecualian pada waktu dan keadaan tertentu seperti seseorang harus makan karena sakit dan diwajibkan oleh dokter atau guru sedang memberikan contoh cara makan yang baik dan benar serta sopan.

Demikian telah sampai pada pembahasan mengenai Mengajar sembari makan jangan lupa baja juga artikel selanjutnya yaitu nomor empat, Mengajar seraya Bermain Handphone.

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press


1. Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar

 



 Melanjutkan dari artikel sebelumnya untuk Ragam tindakan Guru dalam aktivitas belajar-mengajar yang tidak patut dilakukan Guru. Kini kita mempelajari tentang kesalahan “Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar”. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Langsung saja masuk ke materi.

 Seorang guru dengan ekpresi yang tenang dan pandangan tertuju pada muridnya beranjak dari tempat duduknya. Kemudian, ia berjalan membelakangi mejanya sambal menjelaskan mata pelajaran. Cukup lama ia berdiri di hadapan muridnya sehingga ia terlihat letih dan butuh tempat untuk menopang dirinya. Akan tetapi, ia tidak duduk di tempat duduknya semula atau menyandarkan diri pada tempok, melainkan duduk di atas mejanya.

 Tingkah laku seorang guru yang duduk di atas meja ketika mengajar, sebagaimana yang diterangkan dalam contoh tersebut, merupakan tingkah laku yang seharunya tidak dilakukan oleh seorang guru lantaran itu tidak menggambarkan etika yang baik. Secara tidak langsung. Ia telah mengajari muridnya agar duduk di tempat yang bukan tempatnya. Meja, jelaslah bukan tempat duduk. 

Salah satu dari aturan bagi murid yang lazim diterapkan di sekolah adalah melarang murid duduk di atas meja, apalagi duduk di atas meja gurunya. Murid akan dimarahi oleh guru jika duduk di atas meja. Lebih dari itu, guru akan memberi nasihat bahwa duduk di atas meja tidak beretika. Oleh karena itu, sekolah menerapkan aturan murid dilarang duduk di atas meja.

 Dengan demikian, seorang guru yang duduk di atas meja ketika mengajar telah melanggar etika dan dapat dikatakan tidak menghargai muridnya. Jika guru ingin dihargai oleh muridnya, ia juga harus menghargai muridnya. Bahkan, diajurkan untuk menghargai murid terlebih dahulu. Kemudian, ia boleh meminta dihargai. Alasannya, murid masih belum tahu tentang itu, dan gurulah yang harus memberikan contoh.

 Ketika saling menghargai tumbuh antara guru dan murid, iklim belajar-mengajar akan berjalan lebih optimal. Murid yang merasa dihargai oleh gurunya akan semakin semangat dalam belajar. Lebih jauh, materi yang disampaikan oleh guru juga akan mudah dipahami.

 Guru yang menghargai murid dapat menjadikan murid malu jika tidak menghargai guru juga. Dapat dipastikan, murid akan berusaha memahami segala sesuatu yang disampaikan oleh guru yang menghargainya. Sebaliknya, guru yang tidak menghargai murid, murid akan merasa cepat bosan dan tidak nyaman dalam belajar. Murid pun tidak akan betah Bersama dengan guru yang tidak menghargainya.

 Ketika saling menghargai tumbuh antara guru dan murid, iklim belajar-mengajar berjalan lebih optimal. Murid yang merasa dihargai oleh gurunya akan semakin semangat dalam belajar. Lebih jauh, materi yang disampaikan gur jadi akan mudah dipahami.

 Selain itu, seorang guru yang duduk di atas meja saat mengajar. Bila ditinjau dari sudut kemanusiaan, dapat dianggap menyubordinasi murid. Dalam artian, guru di atas murid di bawah. Padahal, murid juga manusia. Artinya, guru dan murid merupakan manusia, yang keduanya memiliki kedudukan yang sama, tidak lebih rendah maupun tidak lebih tinggi. Contoh menyubordinasi, sebagaimana guru duduk di atas meja, sedangkan murid di bawah sangat tidak patut di ajarkan di sekolah.

 Guru tak cermin bagi muridnya. Tugas guru bukan hanya mengajar, melatih, dan membimbing murid, melainkan sebagai “sarana” murid untuk “berkaca”. Segala tingkah laku perkataan, dan pemikiran guru dapat di contoh oleh muridnya.

 Oleh karena itu, sebagai cermin, guru harus menjadi cermin yang bersih, bukan cermin yang kotor. Jika ada murid yang kotor dan bercermin pada cermin yang bersih, ia dapat melihat kotoran yang melekat pada tubuhnya. Sebaliknya, murid yang kotor dan bercermin pada cermin yang kotor, ia akan kesulitan melihat kotoran yang melekat pada tubuhnya.

 Jika ada seorang guru yang menolak untuk dijadikan teladan karana merasa tidak cukup baik untuk diteladani dan ingin bebas menjadi diri sendiri selamanya, serta meberikan murid mencari teladan sesuka hatinya di mana pun, semuanya itu merupakan alasan seorang guru yang menolak aspek fundamental dari sifat belajar-mengajar.

Aspek fundamental seorang guru adalah menjadi teladan atau contoh bagi muridnya. Ketika aspek paling dasar ini tidak dijalankan, maka seorang guru telah mengurangi profesionalitas dan keefektifan dalam proses belajar-engajar.

 Menurut pakar Pendidikan, Dr. Enco Mulyasa, M. Pd, aspek fundamental yang berupa keteladanan seorang guru bagi muridnya tidak perlu dijadikan beban yang memberatkan, melainkan patut dipahami. Keterampilan dan kerendahan hati, aspek fundamental tersebut dapat memperkaya manfaat kegiatan belajar-mengajar

Aspek fundamental yang berupa keteladanan guru begi muridnya tidak perlu di jadikan beban yang memberatkan, melainkan patut dipahami. Dan, degan keterampilan dan kerendahan hati, aspek fundamental tersebut dapat memperkaya manfaat kegiatan belajar-mengajar

Memang, sebagi manusia biasa, seorang guru tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Dengan ungkapan lain, seorang guru tidak 100% daoat dijadikan sebagai teladan. Walaupun demikian, menjadi contoh yang baik bagi murid merupakan tanggung jawab seorang guru. Hali ini juga terkait dengan profesi yang lainnya. Sebab, progesi apa pun yang dijalankan oleh seseorang menuntut adanya tangung jawab.

Jadi, sangat tidak dapat dimengerti jika ada seorang guru yang menolak untuk dijadikan teladan. Boleh jadi. Dallam aspek tertentu, hal ini dapat dipahami. Akan tetapi, menjadi teladan yang baik bagi muridnya merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Guru itu layaknya seorang presiden ataupun para pejabat negara. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk bertingkah laku yang baik di hadapan masyarakat.

Meskipun demikian, guru sebagai teladan tidak harus dimaknai oleh murid dengan meniru sepenuhnya tigkah laku guru, melainkan bermakan tingkah laku sorang guru dapat mempengaruhi muridnya. Oelh karena itulah, seorang guru dituntut menjadi teladan yang baik bagi muridnya. Dan , guru pun tidak diperkenankan melakukan hal yang buruk lantaran ia dijadikan sebagai teladan bagi muridnya.

Kembali ke penjelasan di awal bahwa seorang guru yang duduk di atas meja ketika mengajar, baik duduk di atas meja guru, apalagi duduk di atas meja murid, dapat disimpulkan sebagai tingkah laku yang tidak baik. Sebab, tindakan itu memberikan contoh untuk menempatkan sesuatu buka pada tempatnya dan tidak menghargai sesame manusia.

Dengan kerendahan hatinya, bagaimanapun juga, seorang guru harus menjauhi kesalahan yang berkaitan dengan etika belajar-mengaar tersebut, serta berusaha menjadi teladan yang baik bagi muridnya.

Simpulan


Sebagai seorang guru memang tidak luput dari salaha akan tetapi dapat menghindari kesalahan yang mengakibatkan murid juga meniru kesalahan yang sama. Bisa dengan cara mencontohkan perilakuk tindakan yang baik, sopan santun dan saling mengehargai dengan tindakan dan lisan seorang guru. Jadi duduk di atas meja tidak patutu dilakukan.



Selanjutnya masih dalam topik yang sama kita mempelajari poin ke dua dari Kesalahan PalingSering dilakaukan Guru adalah MengajarSambil Merokok.

Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press


Kesalahan Paling Sering dilakaukan Guru





Ragam tindakan Guru dalam aktivitas belajar-mengajar yang tidak patut dilakukan Guru :


  1. Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar
  2. Mengajar Sambil Merokok
  3. Mengajar Sembari Makan
  4. Mengajar Seraya Bermain Handphone
  5. Tidur Saat Mengajar
  6. Menganggap Diri Paling Pandai
  7. Mengajar secara Monoton
  8. Tidak Disiplin
  9. Sering Bolos
  10. Komunikasi Tidak Efektif
  11. Berpakaian Tidak Rapi
  12. Tidak Melakukan Evaluasi
  13. Membiarkan Murid Saling Menyontek
  14. “Membocorkan”Rahasia Ujian
  15. Mengubah Perolehan Nilai Murid
  16. Membuat Soal Ujian yang Tidak Diajarkan
  17. Mengajarkan Permusuhan dan Kebencian
  18. Mengajarkan Porno
  19. Melakukan Pelecahan Seksual
  20. Tidak Peduli dengan Presensi Murid
  21. Diskriminatif
  22. Tidak Memperhatikan Perbedaan Individual
  23. Tidak Bisa Mengoperasikan Media Pembelajaran
  24. Mengajar Di Luar Bidang
  25. Tidak Mengikuti Perkembangan Zaman

 

Demikian beberapa kesalahan yang umum dilakukan oleh Guru ketika berada di sekolah saat memberikan pelajaran. Nantikan artikel selanjutnya tentang penjabaran masing-masing poin di atas selanjutnya adalah artikel untuk penjelasan kesalahan Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar




Sumber : Rahman, Mansyur Arif. 2011. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. DIVA Press