Melanjutkan dari Memahami Disiplin dalam buku Happy Parenting Without Spanking or Yelling karya Novita Tandry
Mengatakan "Ya"
Terkadang orangtua adalah pandai berkata "tidak" sehingga anak perperilaku baik. Namun, dengan pandai berkata "tidak", Anda tidak selalu bisa menghentikan banyak kebiasaan buruk anak. Anak-anak juga perlu diberi tahu apa yang bisa mereka lakukan sebagaimana halnya dengan hal yang tidak boleh mereka lakukan.
Dalam prakteknya, mengatakan "ya" saja tidak lah cukup harus seimbang dengan perkataan "tidak" karena ada banyak situasi berbahaya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahaya api, air, listrik, dan jalan raya harus diajarkan pada usia dini, dan jauh lebih mudah mengatakan "jangan.." ketimbang "lakukan..." demi menghindari dari hal barbahaya.
Dengan pandai menempatkan kata "ya" kepada anak sehingga anak lebih tau yang bisa dan boleh mereka lakukan, sedangkan "tidak" bisa ditempatkan untuk hal larangan yang berbahaya.
Cinta dan Kemurahan
Cinta tidak hanya sekedar perasaan sayang dan perhatian. Cinta juga suatu tindakan memberi dan mengorbankan diri. Biasanya orang tua lebih mudah memberikan mainan dan makanan ketimbang memberikan waktu, perhatian, pengawasan, dan perlindungan kepada anak. Padahal ke empat hal tersebut lebih dibutuhkan anak. Jika orang tua terlalu pemurah meberikan mainan atau makanan yang diinginkan anak, justru anak akan lebih bermasalah dan suka menuntut. Sebaliknya, jika orang tua sering mengorbankan kebutuhan anak, hubungan Anda dan anak akam menjadi renggang. Oleh karena itu orang tua perlu bijak dalam menggunakan kata "tidak" dan :ya" kepada anak
Beberapa situasi yang sering membuat orang tua kesulitan menentukan "tidak" dan "ya" kepada anak
- Ketika anak Anda sakit, penting untuk lebih menyayanginya dan menjadi pemurah. Namun, hal tersebut bisa berlebihan dan justru membuat Anda sulit kembali ke situasi normal ketika anak semakin membaik kesehatannya. Setuasi ini akan semakin sulit ketika anak menderita penyakit kronis yang membahayakan hidupnya.
- Ketika salah satu orang tua sedikit lebih ketat, pasangannya menjadi lebih lembut dan pemurah sebagai kompensasi atas keadaan tersebut.
- Anak bungsu, anak tunggal, atau anak sulung, sering mendapatkan kasih sayang dan perhatian ekstra yang melibatkan sikap pemurah atau pengorbanan diri.
- Orang tua yang cerai atau berpisah. Pada umumnya, mereka akan menunjukkan bahwa mereka masih menyayangi anak mereka. dan untuk menyingkirkan semua kesedihan dan tekanan yang telah terjadi, mereka akan menjadi terlalu pemurah.
- Orang tua yang mengalami suatu kehilangan atau masa kanak-kanak yang sulit sering memberikan terlalu banyak kasih sayang kepada anak mereka karena mereka telah kehilangan kasih sayang ketika mereka kanak-kanak.
- Kakek-nenek terkadang mendorong orang tua untuk terlalu pemurah dan memberi terlalu banyak bagi anak mereka.
- Sebagaimana orang tua memang lembut dan pemurah secara alami dan menjadikan diri mereka sebagai martir. Jika kasusnya seperti ini, peran ini akan dijalankan dalam setiap aspek kehidupan orang tua dan tidak hanya ketika bersama anak mereka.
- Orang tua yang sakit dan tertekan akan cenderung meberikan dengan mudah. Di satu sisi, hal ini dilakukan untuk membuat hidup lebihmudah, dan di sisi lain dilakukan karena mereka merasa bersalah jika tidak mampu memberikan yang cukup bagi diri mereka sendiri dan anak mereka.
- Perasaan bersalah merupakan alasan umum bagi orang tua yang terlalu pemurah dan memberi dengan mudah. Hali ini sering terjadi ketika orang tua harus menghaabiskan waktu ektra jauh dari anak mereka, contohnya jika mereka bekerja purnawaktu..
Banyak dari orang tua hal diatas tersebut dianggap hal yang lumrah. Itulah mengapa sulit untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat, ke seimbangan antara menyayangi tanpa terlalu pemurah dan memberi perhatian tanpa membuat anak meras tertindas.
Berlanjut di artikel ini Mulai dari awal dalam buku Happy Parenting Without Spanking or Yelling karya Novita Tandry
0 komentar:
Post a Comment